Tuesday, December 21, 2010

THAT'S (not) LOVE

Ada yang harus kita bicarakan. Tentang kenapa sampai saat ini kita tidak bersama.

Karena saya bukan single.

Itu jelas sekali. Kita hidup dalam adab. Saya ga bisa menyayangi dua orang sekaligus. Kalo pun bisa, saya kira derajatnya ga akan sama. Dan itu namanya ga adil.

Karena saya berpikir keras untuk menerima kamu yang seperti itu.

Yang seperti itu? Mungkin kamu bertanya-tanya. Iya itu, kamu.

Kamu yang bebas bersentuhan sama temen cewe mu, kamu yang perokok, kamu yang suka ingkar janji, kamu yang sangat sangat keras kepala tanpa mau mengalah sedikitpun, kamu yang selalu jadi tempat curhat para perempuan.

Bukan, saya bukan orang egois yang maunya mikirin diri sendiri.

Saya memang cemburuan, tapi bukan itu alasan utamanya.

Dari awal saya hidup, saya percaya saya punya tujuan dalam diri. Sampai sebesar ini, saya menemukan tujuan itu. Komitmen itu. Memang begitu human beingnya. Kamu juga punya.

Dan ada alasan tersendiri kenapa saya ga mau kamu sentuhan dengan perempuan, ga mau kamu merokok, ga suka kamu ingkar janji atau keras kepala, ga mau kamu selalu curhat dengan perempuan-perempuan itu.

Saya ga mau sehidup semati serumah dengan orang yang bahkan tidak rela mengalah untuk orang yang ia cintai.

Saya punya komitmen yang ga mau saya langgar.

Karena kalau sampai dilanggar, artinya kamu bukan pasangan yang cukup baik bagi saya sampai bertaun-taun ke depan. Membimbing saya jaga komitmen aja ga bisa, betul?

Kalo sampai suatu hari kita barengan, itu karena kondisi yang berubah. Bukan komitmennya.

Yang perlu kita pikirkan, maukah kita mengubah kondisi tersebut?

Karena kalau tidak, jangan sebut itu cinta….

PS : jujur, sampai saat ini saya tidak punya alasan kenapa saya harus berada di samping kamu.

Friday, December 3, 2010

This is Indonesia, the sun.



Saya sempet liat status temen saya di fesbuk. Kurang lebih seperti ini bunyinya, “Obama ke Indonesia, Indonesia yang bangga. SBY ke Amerika, Amerika bangga? Indonesia lagi yang bangga!...”

Yeah whatever. Intinya mah bilang kalo Indonesia ternyata masih kecil di hadapan mereka.

Oke, saya akui, untuk masalah modernitas, mereka emang jauh di depan. Tapi masalah bangga atau ga, saya kira mereka HARUS bangga.

Boleh mereka atau bahkan dunia anggap kita kecil. But I believe that sesuatu yang besar awalnya dari unit kecil. Sehingga membentuk yang besar.

Tanpa Indonesia, mungkin mereka ga bisa kaya sekarang.

"Mereka ibarat bulan yang meminjam cahaya matahari. Kita, sang matahari membuat mereka bersinar."

Mereka ga akan dibilang “besar” tanpa ada yang “kecil”. Mereka gitu karena ada pembanding. Dan itu kita, Indonesia, bagian paling penting!